Analisis Lirik Lagu “Yang Kutahu Cinta
itu Indah”
Tinjauan Aspek Gramatikal dan Aspek
Leksikal
“Yang Kutahu Cinta itu Indah”
Tak pernah
aku membayangkannya
Bila insan
sedang patah hati
Kali ini
kurasakan sesungguhnya
Siang
hariku baagaikan malam
Pelangiku
berwarnakan kelam
Inikah yang
dinamakan patah hati
Tak ingin
kujalani cinta yang begini
Yang kutahu
cinta itu indah
Tak ingin
kurasakan jiwa yang tak tenang
Ku mau kau
tetap disisiku
dipopulerkan oleh Afgan
Feat Nagita
I.
Pendahuluan
Komunikasi
dalam karya sastra merupakan komunikasi tanpa komunikasi (Aminudin dalam Puitika,edisi
01/Th.1/1984:4). Artinya, dalam komunikasi tersebut hubungan antara komunikator
dengan komunikanmengandung ketidakpastian sebab pengarang tidak pernah tahu persis
siapa penanggapnya. Interaksi yang tercipta adalah interaksi antara penanggap
(pembaca) dengan karya sastra. Lirik lagu merupakan salah satu bentuk puisi,
sebab bahasa dalam lirik lagu adalah diksi pilihan yang indah dan padat seperti
halnya dalam puisi. Sebagai salah satu bentuk puisi, dalam lagu juga terdapat
amanat yang hendak disampaikan melalui bahasanya yang indah. Salah satunya
adalah lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” yang dipopulerkan oleh Afgan
Syahreza dan Gita Gutawa yang pernah dinyanyikan dalam konser musik yang
digelar secara berkala di salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Lirik
lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ini bercerita tentang perasaan seseorang
yang sedang dilanda patah hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaannya
benar-benar hancur, hal tersebut tecermin dalam ungkapan siang hari yang terasa
seperti malam, bahkan pelangi yang berwarna indah terlihat kelam. Keindahan
lirik lagu tersebut terletak pada kesederhanaan bahasa yang digunakan dan
pemilihan diksi yang tepat, sehingga pesan yang hendak disampaikan lebih mudah
dipahami.
II. Analisis
Aspek Gramatikal dan Leksikal
A.
Aspek Gramatikal “Yang Kutahu Cinta
itu Indah”
Aspek
gramatikal wacana adalah analisis mengenai segi bentuk atau struktur lahir
wacana (Sumarlam, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacana lirik lagu “Yang
Kutahu Cinta itu Indah” meliputi : pengacuan (referensi), penyulihan
(substitusi), dan pelesapan (elipsis). Sedangkan konjungsi atau perangkaian tidak
terdapat dalam lirik lagu tersebut karena diksi yang dipilih benar-benar padat
dan sederhana sehingga meminimalisir penggunaan konjungsi.
1.
Pengacuan (Referensi)
Pengacuan atau referensi adalah salah satu
jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada
satuan ligual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam wacana lagu “Yang
Kutahu Cinta itu Indah” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona,
pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif.
1.
Pengacuan Persona
Pengacuan persona direalisasikan melalui
pronomina persona. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ditemukan dua
pronomina, yaitu pronomina pertama tunggal dan pronomina kedua tunggal. Kedua
pronomina tersebut berupa pronomina bentuk bebas (aku dan kau) dan pronomina
terikat berupa lekat kanan(-ku) dan kiri(ku-) yang terdapat pada kutipan
berikut:
-
Tak pernah aku membayangkannya (I.1)
-
Kali ini kurasakan sesungguhnya (I.2)
-
Kuingin
kau tetap disisku (I.3)
Pada kutipan tersebut pronomina aku, lekat kanan dan
lekat kiri (ku- dan -ku) mengacu pada orang yang ditinggalkan kekasihnya
(penutur), sedangkan pronomina kau mengacu pada orang yang meninggalkan
kekasihnya.
2.
Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif merupakan
pengacuan kata ganti penunjukan yang meliputi pronomina demonstratif waktu dan
tempat. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” pengacuan tersebut
terdapat pada :
-
Kali ini
kurasakan yang sesungguhnya (
I.3 )
-
Siang hariku
bagaikan malam ( II.1 )
-
Inikah
yang dinamakan patah hati ( II.3 )
-
Yang kutahu cinta itu indah (
III.2)
Pada kutipan tersebut pronomina kali ini
mengacu pada waktu kini atau sekarang, pronomina siang dan malam mengacu pada
waktu netral, pronomina ini (inikah) mengacu pada tempat yang dekat dengan
penutur, sedangkan pronomina itu mengacu pada tempat yang agak dekat dengan
penutur.
3.
Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparatif merupakan salah
satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih
yang memiliki kesamaan dalam bentuk sikap, sifat, watak, perilaku, dan
sebagainya. Kata-kata yang digunakan untuk membandingkan yaitu: seperti, bagai,
bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan
persis sama dengan. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” hanya
ditemukan satu perbandingan saja, yakni bagaikan yang terdapat pada kutipan:
-
Siang hariku bagaikan malam (II.1)
Perbandingan
tersebut mengacu pada pertentangan antara sesuatu yang terang dan indah dengan
hal yang gelap dan suramyang diperjelas dengan baris selanjutnya yaitu
-
Pelangiku berwarnakan kelam (II,2)
Yang
menunjukan sesuatu yang berbalik atau bertentangan, sebab pelangi biasanya
berwarna indah, tapi bagi penutur terlihat kelam, hal tersebut menggambarkan
suasana hati penutur.
2.
Penyulihan (Substitusi)
Penyulihan
atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa
penggantian unsur satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam
wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu
Indah” terdapat satu substitusi, yaitu pada kutipan “Tak ingin kujalani cinta
yang begini” (III.1). Kutipan tersebut menggantikan perasaan penutur
yang telah diungkapkan pada dua bait sebelumnya dan diperjelas dengan ungkapan
pada baris selanjutnya, yaitu pada kutipan :
-
Tak ingin kurasakan jiwa yang tak tenang (III.3)
Substitusi
tersebut tergolong substitusi klausal, sebab kata begini menggantikan klausa
yang ada dalam lirik lagu tersebut.
3.
Pelesapan (Elipsis)
Pelesapan
atau elipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penghilangan atau
peniadaan satuan lingual tertentu yang telah dipahami sebelumnya. Dalam lirik
lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ditemukan pelesapan pada kutipan berikut :
-
Tak pernah ɸ
aku membayangkannya (
I.1 )
Tak
pernah bisa aku membayangkanya
-
Bila ɸ
insan sedang ɸ patah hati ( I.2 )
Bila
seorang insan sedang merasa patah hati
-
Siang hariku ɸ
bagaikan malam (
II.1 )
Siang
hariku terasa bagaikan malam
-
Pelangiku ɸ
berwarnakan kelam (
II.2 )
Pelangiku
terlihat berwarnakan kelam
-
Tak ingin kurasaka jiwa yang ɸ
tak tenang ( III.3)
Tak
ingin kurasakan jiwa yang terasa tak tenang
-
ɸ Ku ingin kau
tetap kau tetap disisiku (
III.4)
Sungguh
kuingin kau tetap disisku
Pelesapan
yang terdapat dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” adalah pelesapan
tentang perasaan penutur, hal tersebut dilakuan agar bahasa dalam lirik lagu
tersebut lebih kohesif dan praktis dalam komunikasi.
B.
Aspek Leksikal “Yang Kutahu Cinta
itu Indah”
Aspek
leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secara semantis. Dalam
analisis aspek leksikal yang menandai keherensi pada lirik lagu “Yang Kutahu
Cinta itu Indah” hanya terdapat tiga macam penanda, yaitu repetisi
(pengulangan), sinonimi (padan makna kata), dan antonimi (perlawanan makna
kata).
1.
Repetisi (Pengulangan)
Repetisi
atau pengulangan adalah satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003:34). Dalam analisis
lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” hanya terdapat satu perulangan, yakni
perulangan epizeuksis pada kutipan berikut :
-
Tak ingin
kujalani cinta yang begini (III.1)
Yang kutahu cinta itu indah (III.2)
-
Tak ingin
kurasakan jiwa yang tak tenang (III.3)
Ku mau kau tetap disisiku (III.4)
Repetisi
epizeuksis pada kutipan tersebut mengacu pada perasaan sedih dan galau penutur
karena ditinggal pergi oleh kekasihnya.
2.
Sinonimi (Padan Makna Kata)
Sinonimi
atau padan makna kata adalah salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan
wacana. Sinonimi berfungsi untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara
satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam satu wacana. Dalam
lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” terdapat sinonimi antara morfem bebas
(aku) dengan morfem terikat lekat kanan (-ku) dan morfem terikat lekat kiri
(ku-). Hal tersebut terlihat dalam beberapa bait, misalnya pada kutipan berikut
:
-
Tak pernah aku membayangkannya ( I.1 )
-
Bila insan sedang patah hati ( I.2 )
-
Kali ini kurasakan sesungguhnya ( I.3 )
-
Siang hariku baagaikan malam ( II.1)
...
3.
Antonimi (Perlawanan makna Kata)
Antonimi
atau perlawanan makna kata dapat diartikan sebagai satuan lingual yang maknanya
berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual lain. Antonimi disebut juga oposisi
makna, mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai pada oposisi yang
hanya kontras makna saja. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah”
terdapat satu macam antonimi, yakni oposisi mutlak yang terdapat dalam kutipan
:
-
Siang hariku bagaikan malam (II.1)
Siang
dan malam memiliki perlawanan makna yang mutlak seperti gelap dan terang yang
biasanya melambangkan melambangkan asosiasi waktu.