Senin, 16 Juni 2014

Analisis Lirik Tinjauan Aspek Gramatikal dan Leksikal



Analisis Lirik Lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah”
Tinjauan Aspek Gramatikal dan Aspek Leksikal

“Yang Kutahu Cinta itu Indah”
Tak pernah aku membayangkannya
Bila insan sedang patah hati
Kali ini kurasakan sesungguhnya

Siang hariku baagaikan malam
Pelangiku berwarnakan kelam
Inikah yang dinamakan patah hati

Tak ingin kujalani cinta yang begini
Yang kutahu cinta itu indah
Tak ingin kurasakan jiwa yang tak tenang
Ku mau kau tetap disisiku
                        dipopulerkan oleh Afgan Feat Nagita

I.     Pendahuluan
Komunikasi dalam karya sastra merupakan komunikasi tanpa komunikasi (Aminudin dalam Puitika,edisi 01/Th.1/1984:4). Artinya, dalam komunikasi tersebut hubungan antara komunikator dengan komunikanmengandung ketidakpastian sebab pengarang tidak pernah tahu persis siapa penanggapnya. Interaksi yang tercipta adalah interaksi antara penanggap (pembaca) dengan karya sastra. Lirik lagu merupakan salah satu bentuk puisi, sebab bahasa dalam lirik lagu adalah diksi pilihan yang indah dan padat seperti halnya dalam puisi. Sebagai salah satu bentuk puisi, dalam lagu juga terdapat amanat yang hendak disampaikan melalui bahasanya yang indah. Salah satunya adalah lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” yang dipopulerkan oleh Afgan Syahreza dan Gita Gutawa yang pernah dinyanyikan dalam konser musik yang digelar secara berkala di salah satu stasiun televisi swasta nasional.
Lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ini bercerita tentang perasaan seseorang yang sedang dilanda patah hati karena ditinggalkan oleh kekasihnya. Perasaannya benar-benar hancur, hal tersebut tecermin dalam ungkapan siang hari yang terasa seperti malam, bahkan pelangi yang berwarna indah terlihat kelam. Keindahan lirik lagu tersebut terletak pada kesederhanaan bahasa yang digunakan dan pemilihan diksi yang tepat, sehingga pesan yang hendak disampaikan lebih mudah dipahami.
  
II.  Analisis Aspek Gramatikal dan Leksikal
A.     Aspek Gramatikal “Yang Kutahu Cinta itu Indah”
Aspek gramatikal wacana adalah analisis mengenai segi bentuk atau struktur lahir wacana (Sumarlam, 2003:23). Analisis aspek gramatikal wacana lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” meliputi : pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), dan pelesapan (elipsis). Sedangkan konjungsi atau perangkaian tidak terdapat dalam lirik lagu tersebut karena diksi yang dipilih benar-benar padat dan sederhana sehingga meminimalisir penggunaan konjungsi.
                 1.      Pengacuan (Referensi)
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan ligual lain yang mendahului atau mengikutinya. Dalam wacana lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” terdapat tiga jenis pengacuan, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. 
1.      Pengacuan Persona
     Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ditemukan dua pronomina, yaitu pronomina pertama tunggal dan pronomina kedua tunggal. Kedua pronomina tersebut berupa pronomina bentuk bebas (aku dan kau) dan pronomina terikat berupa lekat kanan(-ku) dan kiri(ku-) yang terdapat pada kutipan berikut:
-          Tak pernah aku membayangkannya  (I.1)
-          Kali ini kurasakan sesungguhnya      (I.2)
-          Kuingin kau tetap disisku                 (I.3)
Pada kutipan tersebut pronomina aku, lekat kanan dan lekat kiri (ku- dan -ku) mengacu pada orang yang ditinggalkan kekasihnya (penutur), sedangkan pronomina kau mengacu pada orang yang meninggalkan kekasihnya.
2.      Pengacuan Demonstratif
Pengacuan demonstratif merupakan pengacuan kata ganti penunjukan yang meliputi pronomina demonstratif waktu dan tempat. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” pengacuan tersebut terdapat pada :
-          Kali ini kurasakan yang sesungguhnya         ( I.3  )
-          Siang hariku bagaikan malam                      ( II.1 )
-          Inikah yang dinamakan patah hati                ( II.3 )

-          Yang kutahu cinta itu indah                         ( III.2)

Pada kutipan tersebut pronomina kali ini mengacu pada waktu kini atau sekarang, pronomina siang dan malam mengacu pada waktu netral, pronomina ini (inikah) mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur, sedangkan pronomina itu mengacu pada tempat yang agak dekat dengan penutur.
3.      Pengacuan Komparatif
Pengacuan komparatif merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kesamaan dalam bentuk sikap, sifat, watak, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang digunakan untuk membandingkan yaitu: seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan, persis seperti, dan persis sama dengan. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” hanya ditemukan satu perbandingan saja, yakni bagaikan yang terdapat pada kutipan:
-          Siang hariku bagaikan malam           (II.1)
Perbandingan tersebut mengacu pada pertentangan antara sesuatu yang terang dan indah dengan hal yang gelap dan suramyang diperjelas dengan baris selanjutnya yaitu
-          Pelangiku berwarnakan kelam                      (II,2)
Yang menunjukan sesuatu yang berbalik atau bertentangan, sebab pelangi biasanya berwarna indah, tapi bagi penutur terlihat kelam, hal tersebut menggambarkan suasana hati penutur.
                 2.      Penyulihan (Substitusi)
Penyulihan atau substitusi ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian unsur satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” terdapat satu substitusi, yaitu pada kutipan “Tak ingin kujalani cinta yang begini” (III.1). Kutipan tersebut menggantikan perasaan penutur yang telah diungkapkan pada dua bait sebelumnya dan diperjelas dengan ungkapan pada baris selanjutnya, yaitu pada kutipan :
-          Tak ingin kurasakan jiwa yang tak tenang         (III.3)
Substitusi tersebut tergolong substitusi klausal, sebab kata begini menggantikan klausa yang ada dalam lirik lagu tersebut.
                 3.      Pelesapan (Elipsis)
Pelesapan atau elipsis adalah salah satu jenis kohesi gramatikal berupa penghilangan atau peniadaan satuan lingual tertentu yang telah dipahami sebelumnya. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” ditemukan pelesapan pada kutipan berikut :
-          Tak pernah ɸ aku membayangkannya                           ( I.1  )
Tak pernah bisa aku membayangkanya
-          Bila ɸ insan sedang ɸ patah hati                                  ( I.2  )
Bila seorang insan sedang merasa patah hati
-          Siang hariku ɸ bagaikan malam                                    ( II.1 )
Siang hariku terasa bagaikan malam
-          Pelangiku ɸ berwarnakan kelam                                   ( II.2 )
Pelangiku terlihat berwarnakan kelam
-          Tak ingin kurasaka jiwa yang ɸ tak tenang                   ( III.3)
Tak ingin kurasakan jiwa yang terasa tak tenang
-          ɸ Ku ingin kau tetap kau tetap disisiku                         ( III.4)
Sungguh kuingin kau tetap disisku
Pelesapan yang terdapat dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” adalah pelesapan tentang perasaan penutur, hal tersebut dilakuan agar bahasa dalam lirik lagu tersebut lebih kohesif dan praktis dalam komunikasi.

B.      Aspek Leksikal “Yang Kutahu Cinta itu Indah”
Aspek leksikal adalah hubungan antara unsur dalam wacana secara semantis. Dalam analisis aspek leksikal yang menandai keherensi pada lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” hanya terdapat tiga macam penanda, yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan makna kata), dan antonimi (perlawanan makna kata).
                 1.      Repetisi (Pengulangan)
Repetisi atau pengulangan adalah satuan lingual yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (Sumarlam, 2003:34). Dalam analisis lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” hanya terdapat satu perulangan, yakni perulangan epizeuksis pada kutipan berikut :
-          Tak ingin kujalani cinta yang begini                  (III.1)
 Yang kutahu cinta itu indah                             (III.2)
-          Tak ingin kurasakan jiwa yang tak tenang        (III.3)
 Ku mau kau tetap disisiku                              (III.4)
Repetisi epizeuksis pada kutipan tersebut mengacu pada perasaan sedih dan galau penutur karena ditinggal pergi oleh kekasihnya.
                 2.      Sinonimi (Padan Makna Kata)
Sinonimi atau padan makna kata adalah salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana. Sinonimi berfungsi untuk menjalin hubungan makna yang sepadan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam satu wacana. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” terdapat sinonimi antara morfem bebas (aku) dengan morfem terikat lekat kanan (-ku) dan morfem terikat lekat kiri (ku-). Hal tersebut terlihat dalam beberapa bait, misalnya pada kutipan berikut :
-          Tak pernah aku membayangkannya      ( I.1 )
-          Bila insan sedang patah hati                  ( I.2 )
-          Kali ini kurasakan sesungguhnya           ( I.3 )
-           Siang hariku baagaikan malam             ( II.1)
...
                 3.      Antonimi (Perlawanan makna Kata)
Antonimi atau perlawanan makna kata dapat diartikan sebagai satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual lain. Antonimi disebut juga oposisi makna, mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai pada oposisi yang hanya kontras makna saja. Dalam lirik lagu “Yang Kutahu Cinta itu Indah” terdapat satu macam antonimi, yakni oposisi mutlak yang terdapat dalam kutipan :
-          Siang hariku bagaikan malam    (II.1)

Siang dan malam memiliki perlawanan makna yang mutlak seperti gelap dan terang yang biasanya melambangkan melambangkan asosiasi waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar