Senin, 16 Juni 2014

Hasil Kebudayaan Masa Praaksara

Hasil Kebudayaan Masa Praaksara

Mula-mula meraka hanya menggunakan benda-benda dari alam terutama batu. Teknologi yang berkembang pada zaman ini berkembang dalam karun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, paraahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di area praaksaraini menjadi beberapa zaman yaitu, Palaezoicum, Mesozoicum, Neozoicum.
1.         Batu dan Tulang
Peralatan pertama yang digunakan oleh manusia purba adalah alat-alat dari batu dan tulang. Peralatan ini berkembang pada zaman Palaezoicum atau zaman batu tua, zaman ini bertepatan dengan zaman Neozoicum pada akhir zaman Tersier dan awal zaman Quatair ini berlangsung sekitar  600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua ini hasil kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih sederhana dan kasar. Kebudayan zaman Palaezoicum terbagi manjadi :
a.         Kebudayan Pacitan
Kebudayaan ini ada di daerah Pacitan, Jawa Timur. Seorang ahli, Von Koenigwald yang melakukan penelitian pada tahun 1935 telah menemukan beberapa hasil teknologi atau alat-alat bebatuan di daerah Punung. Alat ini masih kasar,dan bentuk ujungnya agak runcing, tergantung kegunaan biasanya sering disebut dengan kapak genggam atau kapak perimbas digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah sat mencari umbi-umbian. Selain itu di Pacitan ditemukan alat batu yang disebut chopper sebagai alat penetak dan ditemuka juga alat-alat serpih.
b.         Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan ini ada di daerah Ngandong dan Sidorejo, dekat Ngawi. Disini banyak ditemukan alat dari batu dan tulang. Alat-alat dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain itu ada tombak yang bergerigi. Di Saringan juga ditemukan alat- alat dari batu, bentuknya indah seperti kalsedon yang sering disebut dengan flakke. Sebaran artefak dan peralatan palaezoicum cukup luas dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan Halmahera.

2.         Pantai dan Gua
Zaman palaezoicum (batu tua) terus berkembang memasuki zaman mesozoicum(madya atau batu tengah). Hasil kebudayaan ini sudah lebih maju jika dibandingkan zaman palaezoicum. Walaupun demikian hasil dari kebudayaan batu tua tidak serta merta punah tetapimengalami penyempurnaan. Bentuk flakke dan alat dari tulangterus mengalami perkembangan. Secara garis besar kebudayaan mesozoicum ada dua kelompok besar yang ditandai dengan tempat tinggal, yakni pantai dan gua.
a.         Kebudayaan Kjokkenmoddinger (sampah dapur)
Kjokkenmoddinger  istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding dapat diartikan sampah. Kjokkenmoddinger ialah tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung  disepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Dari itu kita dapat informasi bahwa manusia purba zaman mesozoicum bermukim di tepi pantai. Pada tahun 1925 Von Stein Callenfals melakukan penelitian  di bukit kerang tersebut dan menemukan jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang di zaman batu tua. Kapak tersebut ditemukan di bukit kerang Sumatra Timur yang diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra yang terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan brgitu saja dan sisi dalamnya dikerjakan sesuai dengan keperluan. Selain kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak pendek dan jenis batu pipisan (batu alat penggiling) di Jawa batu ini umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.
b.         Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan ini adalah kebudayaan yang ditemukan di gua-gua ini mengindikasikan bahwa manusia purba hidup di gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfals di Gua Lawa dekat Sampung yang dilakukun tahun 1928 – 1931. Yang berhasil ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu pengilingan, alat- alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan ini banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

3.         Revolusi
Perkembangan zaman batu dapat dikatakan paling penting dalam kehidupan manusia adalah zaman batu baru atau neozoicum. Pada zaman ini juga dapat dikatakan sebagai zaman batu muda dan telah terjadi  “ Revolusi Kebudayaan “, yaitu terjadinya perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food gathering diganti dengan pola hidup food producing. Ini terjadi seiring dengan adanya perubahan jenis kebudayaannya.  Pada zaman ini hidup Homo sapien sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru dan mulai mengenal bercocok tanam, beternak sebagai proses untuk menghasilkan atau menghasilkan bahan makanan. Hidup bergotong-royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang terkenal di zaman neozoicum ini secara garis besar dibagi dua tahap perkembangan.
a.         Kebudayaan kapak persegi
Nama kapak  persegi berasal dari penyebutan oleh Von Heine Gelderen. Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk alat tersebut yang berbentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium, ukuran alat ini bermacam-macam. Kapak  persegi yng besar sering disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan ada yang sudah diberi tangkai sehingga seperti cangkul zaman sekarang. Yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Persebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra, Jawa, Bali. Diperkirakan sentra-sentra teknologi kapak persegi ini ada di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), Pacitan-Madiun, Lereng Gunung Ijen (Jawa Timur), dan yang menarik di Desa Pasirkuda dekat Bogor ditemukan batu asahan. Kapak persegi inicocok sebagai alat pertanian.

b.         Kebudayaan kapak lonjong
Nama kapak ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yaitu lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. Ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan ujung yang diasah sehingga tajam. Ukuran yang besar sering disebut walzenbeil dan yang kecil disebut klebeil. Penyebaran kapak ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, seperti di daerah Papua, Seram, dan Minahasa. Pada zaman neozoicum  juga ditemukan barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, dan alat-alat gerabah atau tenmbikar. Penemuan dari berbagai situs menunjukkan bahan yang paling sering digunakan adalah jenis batuan kersikan (silicified stones), seperti gamping kersikan, tufa kersikan, kalsedon, dan jasper. Jenis-jenis batuan tersebut keras, sifatnya yang retas dengan pecahan yang cendarung tajam dan tipis, sehingga memudahkan pengerjaan. Ada upaya pemanfaatan fosil-fosil kayu untuk bahan peralatan, seperti di Kali Baksoka (Jawa Timur), dan Kali Ogan (Sumatra Selatan).  Pada saat lingkungan tidak menyediakan bahan yang baik ada kecenderungan untuk  memanfaatkan  batuan yang tersedia di sekitar hunian, meskipun kualitasnya kurang baik. Contoh seperti ini dapat diamati pada situs Kedunggamping di sebelah timur Pacitan, Cibaganjing di Cilacap, dan Kali Kering di Sumba yang pada umumnya menggunakan bahan andesit untuk peralatan.
c.         Perkembangan zaman logam

Zaman batu di masa neozoicum berakhir mulailah zaman logam sebagai bentuk perundagian. Di Kepulauan Indonesia zaman logam ini agak berbeda bila dibandingkan dengan yang ada di Eropa, disana zaman logam mengalami tiga fase yaitu, zaman tembaga, perunggu dan besi. Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda kebudayaan perunggu itu adalah kapak corong, neraka, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa hasil keduyaan logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan misalnya neraca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar