Mengenal Manusia Purba
Kita
telah mengetahui manusia diturunkan Tuhan ke bumi. Namun kita tidak semuanya mengetahui
bentuk fisik manusia praaksara. Keingintahuan inilah yang mendorong manusia (
terutama para peneliti ) untuk menggali, mengorek tanah untuk mengetahui
Indonesia termasuk negara yang banyak peninggalan manusia praksara yaitu fosil
dan artefak. Banyaknya penemuan benda-benda purbakala itu membuat Indonesia
menjadi negara yang penting bagi para peneliti kehidupan manusia praaksara.
Para peneliti yang datang ke Indonesia memiliki alasan sederhana, menurut
mereka kawasan Indonesia amat nyaman.
Pernahkah kamu mendengar
mengenai situs Sangiran? Kini situs tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO
sebagai warisan budaya dunia pada tahun 1996, yang tercantum dalam nomor 593
daftar warisan dunia (world heritage list) UNESCO. Pengakuan tersebut telah
melalui berbagai pertimbangan yang kompleks. Salah satu diantaranya karena
diwilayah tersebut terdapat ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukan
proses kehidupan manusia dari masa lalu, Sangiran telah menjadi sentra
kehidupan manusia purba. Telah dilakukan berbagai penelitian disekitar
Sangiran, penemuan fosil tersebut mendorong para ahli untuk terus melakukan
penelitian termasuk diluar Sangiran.
Jenis-jenis
manusia purba di Sangiran dan Trinil
Peninggalan
manusia purba paling banyak ditemukan di Pulau Jawa. Kali ini akan menjelaskan situs
Sangiran dan Trinil. Kita akan mempelajari letak atau daerah situs berada,
penemu atau peneliti yang melakukan penelitian, fosil yang berhasil ditemukan.
Dibawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan penting fosil manusia di beberapa
tempat.
1. Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di
dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan luas perbukitan
tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar.
Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan
Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia diterangkan
bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala
Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di
Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang
memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu.
Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan
kilometer pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs
Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat
kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai
dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan
tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba
dan binatang, termasuk artefak. Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran
berupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik, tanahnya tidak subur dan
terkesan gersang pada musim kemarau. Sangiran pertama kali ditemukan oleh
P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari
Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs
itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama. Eugene Dubois juga pernah
datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-temuan di
wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di
wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran.
Artefak litik itulah yang kemudian menjadi
temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs
Sangiran Homo erectus adalah takson paling penting dalam
sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo
sapiens, manusia modern. Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran
tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata
tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang
ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus
selama lebih dari dua juta tahun, menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran
telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu
ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam
nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List)
UNESCO.menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan.
2. Trinil
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran
Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von
Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene
Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat
berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan
alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh
dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus
erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang, hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol. Volume otaknya sekitar
900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc), tinggi 165 cm – 180 cm. Tulang kening sangat
menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas,
menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat
bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan
kaburnya sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah
mencapai usia dewasa. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu, hidup berkelompok, mengumpulkan makanan dan
berburu, Makanannya
tumbuhan dan hewan hasil buruan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar